Banda Aceh – Pj Wali Kota Banda Aceh Bakri Siddiq mengharapkan Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) Tirta Daroy agar dapat lebih optimal dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya 53 ribu lebih pelanggan setianya.
Hal tersebut disampaikan Bakri Siddiq di sela-sela peninjauan unit Water Treatment Plant (WTP) Perumdam Tirta Daroy di kawasan Lambaro, Aceh Besar, Rabu, 13 Juli 2022. “Karena air adalah kebutuhan dasar, dan menyangkut hajat hidup orang banyak,” katanya.
Begitu tiba di WTP Lambaro, Bakri langsung meninjau instalasi pengolahan air minum dari hilir ke hulu. Mantan Kabiro Perencanaan dan Kerja Sama Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) ini juga mengecek progres pembangunan reservoir baru berkapasitas 2.000 meter kubik di sana.
Selama peninjauan, pj wali kota yang turut didampingi oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Jalaluddin dan Kabag Administrasi Perekonomian Setdako Banda Aceh Irwan, mendapat penjelasan teknis dari Dirut Perumdam Tirta Daroy T Novizal Aiyub, Direktur Teknik Irwandi, dan Direktur Administrasi dan Keuangan Samirul Fuadi.
Hasil peninjauannya, Bakri mengungkapkan kapasitas produksi air Perumdam Tirta Daroy sudah mencapai 700 liter per detik. Sejatinya, angka tersebut sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. “Jika kita compare dengan penduduk kota -50 ribu lebih pelanggan- normalnya 500 liter per detik sudah cukup. ”
Namun yang menjadi problem, dalam proses distribusi masih terjadi kebocoran air yang mencapai 30 persen dari total kapasitas produksi. “Ini sangat besar, sekitar 200 liter per detik kebocorannya. Kalau begitu, tidak semua air yang kita produksi, mengalir sampai ke rumah para pelanggan,” ujarnya.
Problem yang kedua, air jernih layak minum produksi WTP Lambaro, berubah warna dan berbau saat keluar dari keran rumah warga. “Ini juga berdasarkan sejumlah komplain warga yang masuk ke saya. Punca masalahnya adalah sistem perpipaan yang sudah usang, punya tahun 70-an. Banyak yang rusak atau bocor sehingga air tanah bisa masuk.”
Belum lagi kendala keterbatasan produksi pada musim kemarau -Agustus hingga Oktober, “Akibat debit air sungai Krueng Aceh berkurang yang selama ini menjadi sumber air baku WTP Lambaro ” sebutnya lagi seraya berharap kepada masyarakat agar dapat memanfaatkan air sesuai kebutuhan sehingga tidak mubazir.
Menyikapi kondisi tersebut, Bakri menyebutkan harus ada tindak lanjut secara cepat. Pihaknya pun mengharapkan dan akan melobi pemerintah pusat melalui kementerian terkait untuk ‘hadir’ dalam bentuk budgeting. “Sebenarnya dalam kondisi normal, pemko juga harus ada sharing berupa penyertaan modal kepada Perumdam Tirta Daroy.”
Terkait dengan kinerja Perumdam Tirta Daroy sendiri, Bakri menilai sudah bagus dan berupaya maksimal. “Hanya saja, perlu lebih mengoptimalkan lagi pelayanan kepada masyarakat, karena yang menilai kan masyarakat. Menyangkut pelayanan publik, dari persentase 100, jika ada 10 persen saja yang komplain, kita belum sukses,” ungkapnya.
Hal lainnya, Bakri juga mengungkapkan, masih sedikit perusahaan air minum milik pemerintah daerah di Indonesia yang bisa mendapatkan keuntungan atau profit. “Dan kita bersyukur juga Tirta Daroy sudah bisa break event, meningkatkan profit, bahkan menyumbang PAD. Tapi saya menekankan dan ingin perumdam kita mandiri dulu dan melayani masyarakat dengan optimal.” (Jun)