Banda Aceh – Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman meminta PDAM Tirta Daroy untuk mencari solusi konkret soal pembangunan baru bendungan karet di Krueng Aceh.
Bendungan yang terletak di kawasan Lambaro, Aceh Besar, itu selama ini difungsikan untuk menampung air sungai sebelum diolah di Water Treatment Plant (WTP) milik PDAM Tirta Daroy yang tak jauh dari lokasi.
Namun kini, kondisi bendungan sudah lapuk dimakan usia. Kerap mengalami kebocoran sehingga debit air baku berkurang dan berdampak pada penurunan kapasitas produksi air bersih. “Ini harus dicari solusinya segera karena menyangkut kebutuhan dasar masyarakat,” kata Aminullah.
Hal tersebut disampaikan wali kota saat menggelar pertemuan dengan Dirut PDAM Tirta Daroy T Novizal Aiyub dan jajarannya di pendopo, Senin 28 Sepetember 2020. Hadir pula dalam kesempatan itu Kadis PUPR Banda Aceh Jalaluddin.
Menurut Aminullah, opsi pertama yang dapat dilakukan adalah mengganti baru bendung karet. “Setelah itu juga perlu dibangun penahan besi untuk melindungi bendungan karet dari sampah atau kayu yang dapat menyebabkan kebocoran lagi.”
Opsi lainnya, kata wali kota, yakni dengan membuat penahan air dari “batu gajah”. “Segera komunikasikan dengan pihak-pihak terkait terutama Balai Wilayah Sungai (BWS) I Sumatra dan Pemerintah Aceh. Pemkab Aceh Besar juga dilibatkan karena turut berkepentingan dengan adanya bendungan itu,” katanya.
“Apapun bentuknya harus segera kita bangun. Jika tak dapat dukungan dalam waktu dekat dari pemerintah pusat melalui BWS atau pun pemerintah provinsi, kita harus berupaya membangun sendiri. Paling tidak untuk jangka pendek. Jangan sampai merugikan warga kota yang bergantung pada air PDAM untuk kebutuhan sehari-hari,” katanya lagi.
Sementara itu, Dirut PDAM Tirta Daroy T Novizal Aiyub menyebutkan bendungan karet di Krueng Aceh memang dalam kondisi kritis. “Tidak bisa ditempel lagi. Pagi kita tempel, sore sudah bocor lagi. Sekarang makin parah karena lokasi bocornya di bagian lipatan.”
Pihaknya juga sudah beberapa kali menyurati BWS I Sumatra, namun hingga kini belum ada kejelasan karena menyangkut mekanisme penganggaran dari pusat. “Jika pun dipenuhi dalam tahun ini, tentu prosesnya masih lama, sementara keperluan kita mendesak,” kata T Novizal.
Oleh sebab itu, dirinya akan bertandang langsung ke kantor BWS I Sumatra untuk memastikan pembangunan baru bendungan karet. “Termasuk opsi bendungan dengan ‘batu gajah’ jika diizinkan oleh BWS. Dari Pak Wali kami sudah mendapat lampu hijau untuk melakukan apa-apa saja yang diperlukan untuk mengatasi persoalan kekurangan pasokan air baku ini,” katanya.
Terkait gangguan suplai air bersih akhir-akhir ini, ia mengatakan dampak dari pengerjaan uprating (peningkatan kapasitas) WTP Lambaro. “Sedang kita benahi empat unit pulsator lama dengan durasi pengerjaan selama empat bulan. Setelah uprating, WTP Lambaro akan meningkat kapasitas produksinya dari 500 liter perdetik menjadi 800 liter perdetik,” katanya.
Selama pengerjaan dimaksud, terjadi penurunan kapasitas produksi sebesar 25 persen pada setiap unit pulsatornya. “Imbasnya, terpaksa suplai air kita gilir kepada pelanggan. Insyaallah akhir oktober ini suplai air akan normal kembali seiring dengan rampungnya proses uprating.”
T Novizal pun memohon maaf kepada masyarakat khususnya pelanggan setia PDAM Tirta Daroy atas gangguan suplai air yang terjadi. “Lewat berbagai media kami sudah mengumumkan jadwal giliran suplai air. Mohon bersabar, kita sedang membenahi infrastruktur untuk meningkatkan pelayanan ke depan,” ujarnya. (Jun)